Jangan
Buang Makananmu!
Sekitar sepertiga
makanan di seluruh dunia terbuang percuma. Padahal, jumlah itu dapat mencukupi
kebutuhan pangan dua miliar manusia!
Menyelamatkan Sisa. Selama lebih dari 50 tahun
Peternakan RC mengumpulkan limbah dapur dan sisa makanan Las Vegas, seperti
stik zucchini kedai kopi di JerryĆ¢€™s Nugget Casino. Tidak jauh dari peternakan
generasi ketiga milik Bob dan Janet Comb, sisa makanan ini akan disterilisasi
dan dijadikan pakan 2.500 babi, menggantikan lebih dari 700 ton pakan babi per
tahun. Porsi makanan restoran AS membesar secara signifikan beberapa puluh
tahun terakhir, berkontribusi pada peningkatan obesitas dan pembuangan makanan.
(Brian Finke/National Geographic)
Setiap tahun sekitar 1,3 miliar ton makanan—sekitar sepertiga
dari seluruh produksi makanan dunia—tidak pernah dikonsumsi. Di sepanjang
rantai suplai, buah-buahan dan sayur-sayuran lebih banyak hilang atau terbuang
daripada jenis makanan lainnya. Mudah rusak dan rentan perubahan suhu di
sepanjang perjalanan antara pertanian ke meja makan, buah-buahan dan
sayur-sayuran juga biasanya paling dahulu dibuang di rumah.
Data dari FAO menunjukkan dalam rantai suplai buah dan sayuran
dunia, porsi sebesar 53 persen hilang atau tersia-siakan. Hanya sebesar 47
persen yang benar-benar dikonsumsi.
Perincian buah dan sayuran yang hilang atau tersia-siakan tadi
adalah sebesar 20 persen hilang dalam pemetikan dan pengepakan. Sebesar 3
persen hilang dalam penyimpanandan pengiriman. Sebesar 2 persen hilang saat
dalam produksi, pengalengan, pembuatan jus, atau pemasakan. Sebesar 9 persen
dibuang di tingkat grosir dan supermarket, dan 19 persen tidak termakan dan
dibuang oleh rumah tangga.
Cerita ini bagian
inisiatif Masa Depan pangan, proyek lima tahun yang digagas National Geographic
untuk menunjukkan bahwa apa yang kita makan menentukan jati diri kita.
Majalah National Geographic Indonesia edisi
Maret 2016 menampilkan kisah bertajuk “Jangan Buang Makananmu” tentang
makanan yang terbuang—sebagian karena buruk rupanya. Diceritakan olehElizabeth
Royte dan fotografer Brian Finke. Narasumber utamanya
adalah Tristram Stuart, seorangNational Geographic emerging explorer yang
sebagian pekerjaan lapangannya didanai National Geographic Society.
Cerita ini bagian inisiatif Masa Depan pangan, proyek lima tahun yang
digagas National Geographicuntuk menunjukkan bahwa apa yang kita
makan menentukan jati diri kita.
Majalah ini melacak tersia-sianya makanan ini di beberapa
negara. Negara industri kehilangan sedikit buah dan sayur saat produksi, namun
justru konsumen yang membuangnya lebih banyak. Sedangkan di negara berkembang,
buah dan sayur lebih banyak hilang justru saat proses produksi, namun konsumen
membuang lebih sedikit.
Memberi Makanan Bagi yang Membutuhkan. Di Benning Park Community
Center, Washington, D.C., siswa kelas tiga Kevin Boyd menyantap hidangan yang
disiapkan D.C. Central Kitchen, organisasi nirlaba yang melatih juru masak dan
menyiapkan 11.000 porsi makanan setiap hari di rumah singgah, sekolah, dan
lokasi lain. Hampir setengahnya berasal dari bahan makanan yang siap dibuang.
Di sini, siswa mengerjakan tugas dan mempelajari cara membuat makanan sehat,
semacam jus buah dan granola rumahan. “Jangan bilang tak suka sebelum
mencicipi,” kata ibu Kevin, Antoinette Boyd.(Brian Finke/National Geographic)
“Jangan Buang Makananmu” juga mengajak pembaca untuk membantu
mengurangi makanan yang terbuang percuma—baik saat berbelanja di supermarket,
bersantap di restoran, memasak dan bersantap di rumah, maupun masyarakat.
Ketika berbelanja di supermarket, kita harus mengambil keputusan dengan
hati-hati tentang jenis makanan apa dan berapa banyak yang sebaiknya kita beli.
Salah satu caranya, beli makanan beku, yang lebih sedikit terbuang dalam
perjalanan dari pertanian ke rak toko. Atau, beli makanan segar di pasar
petani lokal.
Ketika di restoran, bawalah pulang sisa makanan kita. Kita juga bisa berbagi
hidangan pendamping untuk mengendalikan porsinya. Minta pelayan mengangkat
kembali makanan tambahan seperti roti dan mentega yang tidak akan Anda makan.
Pemborosan pangan
di planet yang memiliki sumber daya serba terbatas ini adalah sebuah perbuatan
yang tidak senonoh.
Ketika di rumah pun kita bisa mengurangi makanan sisa. Caranya, ganti piring
kita dengan yang lebih kecil untuk mengendalikan porsi makanan. Santap makanan
sisa secara teratur pada satu malam setiap pekan. Manfaatkan makanan sisa.
Bekukan atau kalengkan makanan yang berlebih. Olah buah-buahan yang sudah dalu
dengan blender, untuk dijadikan minuman. Juga, usahakan untuk tidak membuang
makanan yang dalam pengadaannya menghabiskan banyak air seperti daging.
Ketika di masyarakat kita juga bisa memulainya dengan menerapkan ilmu dari mata
pelajaran ekonomi tentang dasar-dasar memasak, pengalengan, dan menyimpan
makanan. Sejatinya, bisnis, sekolah, badan nirlaba, dan pemerintah bisa mencari
cara untuk mengurangi pembuangan makanan.
Pemborosan pangan di planet yang memiliki sumber daya serba
terbatas ini adalah sebuah perbuatan yang tidak senonoh. Mari jangan
menyia-nyiakan makanan, awali dari kita sendiri.